Sunday 12 November 2017

Kisah Kids Jaman Now Hadir di Desa Menggungan



Kids Jaman Now. Tentunya sudah banyak netizen yang mengetahui slogan yang satu ini. Banyak di media sosial yang menampilkan lagu, gambar, video ataupun caption-caption yang mengkisahkan anak kecil di zaman sekarang dengan berbagai ulah. Seperti kisah percintaan yang bikin ngelelus dada, kisah perilaku menyimpang kisah perilaku lucu ataupun perilaku aneh. Asal mula kalimat “ Kids Jaman Now” dari berbagai literasi media yang dicari belum jelas siapa yang pertama kali memviralkan kalimat ini. Namun, banyak yang melansir di blog maupun web bahwa kalimat ini bermula dari akun yang bernama Seto Mulyadi. Tentunya saat mendengar nama tersebut sudah terpikir bahwa beliau seorang pemerhati dan psikolog anak yang juga ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Dari Bahasa Inggris Kids yaitu anak-anak sedangkan Now adalah sekarang, yang membuat kalimat ini menarik yaitu diselipi dengan kata Jaman. Perpaduan kedua bahasa tersebut begitu memikat banyak warga net, meskipun tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Kalimat tersebut begitu viral karena memang di Indonesia itu unik, kenapa? Ya karena jika ada hal-hal yang lucu, aneh dan sulit untuk dipahami itu yang menjadikan keunikan tersendiri. Dari keunikan tersebut banyak orang yang ikut – ikutan mengunggah dan menjadikan suatu peristiwa tersebut viral di media. 
Berbeda dengan Kids Jaman Now yang berada di Desa Menggungan Boyolali, anak-anak di Desa tersebut dilatih untuk membentuk budaya literasi oleh penggagas Taman Baca Menggungan yaitu Mas Saiful. Bermula dari hobinya mendaki gunung, Mas Saiful mendapat berbagai ilmu dari teman- temanya sesama penikmat keindahan ketinggian yaitu sebagai seorang pendaki. Mas Saiful berkenalan dengan selah satu temannya yang menceritakan idenya untuk membangun taman baca di sebuah kos yang dihuninya. Walaupun sudah semester tua di salah satu Universitas yang berada di Solo, ia menceritakan bahwa telah membuka sebuah Taman Baca yang sangat digemari oleh anak-anak di sekitar kosnya, dengan bermodal nekad impian mulia yang dipikirkanya dapat diwujudkan yaitu menanamkan sikap peduli pentingnya berilmu dengan membaca. 

Hal tersebut yang menggerakan hati Mas Saiful untuk turut berpartisipasi dengan ide temanya tersebut. Walaupun Mas Saiful bukanlah seorang anak kuliahan, namun hal tersebut yang menjadi nilai plus dari sosok Mas Saiful. Pekerjaanya sebagai tukang cilok tidak mematahkan langkahnya untuk ikut mendirikan Taman Baca di Desanya. Beberapa mahasiswa diajaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan Taman Baca yang ia dirikan, setiap hari Minggu sore pukul 16.00 anak-anak mulai berkumpul di serambi rumah milik teman Mas Saiful. Dengan modal buku seadanya hasil dari meminjam dari teman-temanya dan metode pembelajaran yang kreatif  membuat anak-anak di desa Menggungan sangat tertarik untuk mengunjungi taman baca tersebut. (Shahnaz Alfi Latiefah, 10 November 2017)


No comments:
Write comments